DELUSI SEORANG GROUPIE
Bunga
Tingkat Kedua Atas, Rumah Pangsa Kecil
Pantai Timur
Tanah Melayu Barat
Nusantara
23 PURNAMA SATU TAHUN ALAF BARU 15
Menemui Putra Sartika, jejaka pesona dewa. Semoga terik mentari Katulistiwa kekal menghangatkan hatimu daripada menjadi beku. Semoga angin nyaman Pulau Dewata meniup keluar segala penat lelah di dalam jiwa kamu yang tanpa henti berjuang demi cinta.
Izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Bunga, namun fizikal saya tidaklah seindah nama. Apabila sifat semulajadi bunga adalah mekar dan cantik, saya pula pudar dan jelik. Asal saya dari sebuah pekan kecil di persisir Laut Cina Selatan di Tanah Melayu Barat. Usia kita berbeza satu dekad campur empat. Tidak ada yang menarik tentang diri saya. Cuma gadis biasa yang tanpa jemu mendengar suara kamu menyanyi kencang diiringi kugiran Adiwira Sudah Mati.
Tattoo, gitar, dan lesung pipit merupakan gabungan yang menjadi belati tidak bermata yang telah menikam tepat pada hati ribuan mawar di sekitar Nusantara, dan saya tertikam oleh dua. Satu belati menikam dada dan terus menusuk ke dalam kamar hati. Belati kedua berjaya memecah keras tempurung kepala lalu menembusi otak. Saya cedera parah ditikam belati sakti Sartika.
Belati yang menikam dada telah mengakibatkan terhasilnya satu jenis kimia aneh yang bisa menghasilan euphoria bagai di syurga dan siksa bagai di neraka pada satu masa yang sama. Kimia yang diberi nama Cinta. Kimia Cinta cuma bisa di neutral oleh kimia Rasional, yang hanya boleh dihasilkan menggunakan otak. Malangnya, otak saya telah ditembusi belati sakti yang memutuskan urat yang membawa kimia Rasional ke dalam hati. Hasilnya, Cinta terus terhasil, terus mengalir, terus pekat, terus ligat, yang mengakibatkan evolusi Cinta menjadi Puja. Putra Sartika, nama yang paling saya Puja. Kamu, Sartika, saya Puja bagai ratu, saya Puja bagai raja, saya puja bagai dewa, saya Puja setiap di detik nyawa.
Mimpi besar saya adalah untuk membalas dendam terhadap kamu, Sartika. Saya mahu kamu cedera parah akibat ditikam belati sakti Bunga. Saya mahu genggam bilah belati, teriak sekuat hati, sepantas kilat berlari, dan tikam kamu menembusi otak dan hati. Saat itu, saya ingin pandang tepat ke dalam mata kamu. Melihat kamu menahan siksa dari neraka dan menikmati euphoria dari syurga pada satu masa. Reaksi akibat terhasil kimia aneh Cinta. Perlahan-lahan saya ingin menyaksikan evolusi kimia Cinta menjadi Puja. Saya ingin sekali menjadi Bunga, nama yang paling kamu Puja. Kamu, Sartika, akan Puja saya bagai ratu, Puja saya bagai raja, Puja saya bagai dewa, Puja saya di setiap detik nyawa.
Mimpi besar untuk cinta Sartika.
Mimpi besar yang terlalu besar untuk dirangkul dengan lengan gemuk pendek saya. Mimpi besar yang terlalu besar kerana saya tidak akan bisa menikam kamu dengan belati sakti Bunga. Setiap inci tubuh sempurna kamu telah dilitupi perisai tebal yang kalis air, api, peluru, dan belati. Syurga pula menghantar salah satu bidadarinya untuk melindungi. Bidadari yang kecantikannya tidak terperi. Bidadari yang kecantikannya tidak akan pernah dapat saya tandingi. Bidadari yang akan menghapuskan setiap belati yang cuba menikam kamu punya hati.
Putra Sartika, dewa hati saya, maafkan saya kerana terlalu mencinta. Saya cukup mengerti, walaupun saya membakar diri untuk kamu, kita tidak akan pernah bersatu. Bukan di sini, bukan di dunia ini, bukan di kehidupan ini, bukan di jasad ini. Mungkin di kehidupan berbeza, kehidupan sebagai rama-rama, ikan pari, atau bikul yang berkeliaran di Pulau Dewata, atau mungkin saja di neraka, kita akan bertemu semula dan kamu, Sartika, akan hulurkan tangan lalu berkata “Kemari Bunga. Ini aku, raihlah mimpimu.”
Published on page 113 - 114 of Surat Cinta Tak Tersampaikan.